Inggris Itu Butuh Proses !
Tuesday, November 17, 2015Pagi ini aku menjelajah KL sendrian seperti biasa. Ya biasa… balutan
sweater putih dan jilbab hitam serta tas besar dari shopie yang baru
terbayar kemaren sore. Ber-isi-kan earphone dan buku bacaan, pengganti
pacar.
Duduk aku sendirian, menganguk anguk kan kepala menikmati
dentuman Far Est movement dengan Like a G6 nya yg bikin nagih like a
geek.
Cuat cuat cuat. Berisik… !! Pikirku. Ternyata bule asal
canada yang duduk disamping ku dan nanya jalan. Ya… mungkin riasan make
up ku lebih mirip map kuala lumpur. Dan… lupakan sejenak bule tadi.
Kubuka buku yang tadi nangis karena kalah. Aku menjamah smartphone dahulu ketimbang dia soalnya #nyengir.
“Panggilan
Kemanusian” dari ustad Azzam KCB yang aku dapat dari UT Ramadhan di
kampus, dengan syarat menjawab pertanyaan nisab zakat untuk emas yang
aku jawab dgn bantuan google. .
Dari
puluhan lembar aku tertuju oleh satu sub bab yang membahas tentang guru
SD. “Dengan pendidikan yang tidak sampai starta satu, guru SD mengajar
hanya untuk mendapatkan penghasilan untuk dirinya hingga lupa dengan
kewajibanya mencerdaskan kehidupan bangsa” katanya.
Terus lagi,
“Guru SD seharusnya lebih aktif dan memberi motivasi kepada siswa SD.
Karena anak anak SD adalah aset bangsa mereka bak kertas kosong yang
siap menerima apa saja dari pengajarnya. Daya tangkap nya sangat cepat.
Akan lebih efektif jika guru SD memberikan motivasi dan siraman kata
kata ciamik agar terkenang oleh anak anak tersebut ” Terdengar seperti
brain wash ya ? Entah !
Tiba tiba teringat dengan guru SD ku pas
kelas 3 dulu.
Namanya bu Utami dari SDN Ngemplak 1 Magetan. Aku SD di
pelosok memang tapi TK disemarang jadi di SD itu new comer ceritanya.
Bu
Utami selalu ngajari membaca bahasa inggris dengan baik, waktu itu aku
juara kelas berturut turut. Tak heran kalau bu Utami selalu menyuruhku
membaca text bahasa inggris untuk teman teman yang lain dgn suara keras.
Ada satu kata yang sampai saat ini tidak bisa aku lupa “DOES” harusnya dibaca :das aku bacanya :do-es…
Yep does… dan satu kelas ngak ada yang tertawa. Aneh… !! Mungkin mereka
tidak paham. Kalo hal ini terjadi di bangku kuliah ku bersama Bu Lyly
iskandar pasti atap plafon udah runtuh kareta gelak tawa teman teman.
Saat itu aku baru sadar bahwa pengucapan bahasa inggris dan Indonesia memang berbeda. Jauh !!.
Lagi…
Ketika beranjak kelas 6. Aku pindah ke SDN Dengok 2. Pindah di kawasan
kota, ngak kayak di SD aku yg dlu. Disini orangnya pinter pinter butuh
berbulan bulan untuk penyesuaian ku disini.
Cemistry aku ke
bahasa Inggris memang udah ada dari bu Utami. Cinta banget sama bahasa
yang satu ini. Dulu pernah dikasih PR nyusun kata dijadikan kalimat yang
sesuai. Dari situ aku belajar nyari Subject Verb To be dan kata ganti
bolak balik kamus yang bagian warna kuning itu. Kan di tengah tengah nya
ada tenses lengkap.
Masuk SMP aku kenal dengan guru bahasa
Inggris namanya pak Bambang. Waktu itu aku kls 1 juara umum no 150an.
Jadi ga bisa masuk kelas unggulan yang hanya 80 siswa. Walau akhirnya
pas kelas 2 masuk peringkat 58 dan masuk kelas unggulan. Yeeeee…. prok
prok prok.
Well… guru yang satu ini aneh, kalau ngasih tugas dadakan di kelas.
Contohnya : buka halamam 45 kerjakan soal no 1-10. Nanti ditungguin…
sambil ditungguin pak bambang sambil cerita. Apa aja… ttg penjual
batagor depan gerbang sampe ambil buku tulis ku sinar dunia yang bagian
belakangnya ada tulisan pakai bahasa inggris. Trus dia terjemahin
kenceng kenceng dikelas.
Dari situ, aku belajar akan satu hal.
Menerjemahkan tulisan dari bahasa Indonesia ke bahasa inggris itu keren
\m/. Dan bisa dari mana aja… buku tulis sekalipun haha… konyolkan
pemikiran anak SMP kurang gaul kayak aku.
Di sekolah menengah atas lebih extrem lagi, aku sekolah di sekolah kejuruan yang mayoritas lelaki.
400 siswa ceweknya cuma 13 orang. Seragam putih abu abu ku berbentuk celana panjang pokonya persis kayak punya cowok.
Here
… SMK MIGAS CEPU. Mengenalkanku dengan bu Indri. Guru bahasa inggris
juga, wah kalo di ceritain sejarahnya aku sama bu Indri. Mungkin tulisan
ini puanjang bgt kayak rel kereta api. Kuala Lumpur – Ipoh mhahaha…
Once.
Dikasih tugas bikin cerita pakai bahasa Inggris dalam kertas folio
paling sedikit 2 lembar. Paling banyak skor tertinggi lah ya…
Karena
aku orangnya cinta smaa inggris nih, aku bikin satu buku kayak novel
gitu. Satu buku isinya beberapa bab. Ceritnya aku karang sendiri aku
translate ke bahasa inggris semdiri. Aku print di kertas HVS aku jilid
jadilah sekitar 20 lembar. Berbentuk buku panjang gitu. Jumlah yang
juaaaaauh lebih banyak dr pada temenku yang cuma 2 lembar.
Disitu
temen temen pada ngak suka sama aku, soalnya aku suka bikin berbeda
dari mereka. But i don’t care at all… serius aku ga peduli. Tulisan aku
yg aku ketik dari komputer pinjeman alm. Ayah Heri Basah itu aku ajuin
(Heri Basah : guru STM sebelah yang selalu minta tolong aku input data
siswanya, so komputer itu ibarat milik aku sendiri).
Aku ajukan
tulisan itu ke Bu Indri. Di acc walaupun ada kata kata yg dibenahi dan
grammar yang masih kurang ini dan itu… Over all Bu Indri puas dengan
karya aku. Dibawanya itu buku kemana mana, ke kelas kelas dikenalin
kesana kesini kalo anak kelas satu yang baru selesai MOS udah bisa bikin
novel bahasa inggris yang isinya aseli biasa ajja… aku juga ga habis
pikir itu buku bisa keliling kelas.
Suatu ketika bu Indri promoin
buku itu di kakak kelas ku. Kelas 2 STM, disitu ada satu genk yang kece
badai ada mas Ganang mas Ian mas Irfan mas Eko mas Herdi mas Bram mas
Bach dan mas mas semuanya yg ke kelas aku cuman mau nyari…
“Mana ema
mana ema ???” Hahaha… akhirnya kita temenan akrab makan bareng pinjem
pinjeman buku suka ngaterin ngajakin kumpul, apa aja deh pokoknya.
Sekarang !!!
2015
Aku di Malaysia kejabak hujan si station seri setia mau balik ke
apartment seri setia tp bawa dokumen penting dari dosen yang harus aku
kerjain. Akhirnya ngoyot dipojokan sambil ngetik ini tulisan.
Kuliah
di Open Univ Kuala Lumpur jurusan sastra Inggris semester 5. Freelance
translator Inggris-Indonesia dan content writer di beberapa portal
berita.
Aku benar benar menikmati proses ini, hingga mungkin
suatu saat aku menua dgn sejuta cerita yang bisa aku bagi dengan anak
cucuku nanti.
Percayalah tulisan ini akan jadi kenangan untukku suatu saat nanti.
0 komentar