Kuala Lumpur International Airport, abis ngerasain jet lag beberapa puluh menit yang lalu, langsung dilanda kepanikan dimana koper dan barang barang disimpan. Pasalnya setahu ku pas dibandara Adi Sucipto tadi bagasi ditaruh pesawat, giliran sampe Malaysia barangnya lenyap entah dimana, Dan (you know what) jalan menuju pintu keluar tu belok belok kayak ular tangga. Untung masih pinter Bahasa Inggris bisa baca sign board dikit dikit. Ini to yang dibilang Malaysia (sambil manggut manggut) Negara yang dulu pernah aku perdebatan di ajang “Indonesian Youth Forum 2009” di Jakarta bersama 150 pelajar pilihan lainya.
Ternyata bukan cuman aku yang jadi manusia paling blo’on waktu itu. Enam belas lain yang sekarang resmi jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) juga melakukan hal yang sama. Muter muterlah kami nyariin koper dan tas tas besar, kami lihat orang orang lain (ada bule ganteng juga) pada ngambil koper mereka di konveyor yang muter itu. Kami ikutan… eh ladala security datang Tanya pakai bahasa melayu kental, aku yang nggak paham hanya melonggo terus bilang
“Excuse me, we want to find our travel bag…“
“Oh… travel bag a…”
Iyes iyes… nari hula hula.
Securitynya paham bahasaku yang belum pernah ngobrol serius sama orang asing kecuali waktu liburan ke Bali 2 tahun lalu bersama sekolah ( Haiyah ini Out Of Topic ini…). Setelah mendapatkan koper dan barang berharga kami ( Berharga? Iya karena hanya tekad, keberanian dan sekoper inilah bekal kami merantau ke luar negri), gliran kami menunggu jemputan.
Securitynya paham bahasaku yang belum pernah ngobrol serius sama orang asing kecuali waktu liburan ke Bali 2 tahun lalu bersama sekolah ( Haiyah ini Out Of Topic ini…). Setelah mendapatkan koper dan barang berharga kami ( Berharga? Iya karena hanya tekad, keberanian dan sekoper inilah bekal kami merantau ke luar negri), gliran kami menunggu jemputan.
Sejam dua jam sampai tiga jam kami menunggu jemputan dari pihak Western Digital, perusahaan yang dijanjikan Agency di Semarang akan mempekerjakan aku dan 15 orang lainya tak kunjung datang.
“Nanti sampai sana kalian ikuti procedure keluar bandara, setelah itu tunggu Cik Hasnun dari WD jemput kalian. Jangan mau ikut siapa siapa yang tidak dikenal ya. Ema nanti temen temen nya diarah in ya ? “
Aku…? Ngarahin…? Halllo mas… saya juga pertama kali lo ke Luar Negri. !! Oke stay cool dan tetep berfikir positif. Beberapa jam kemudian si kawan panggil saja namanya Yeni, Nanggis bombai kenceng banget nangisnya. Aku panik..!!
“Mba Emma, gimana ni kok kita ga dijemput jemput. Aku takut… jangan jangan kita ditipu kayak di Tivi – Tivi itu. Jangan jangan kita bakalan di jual ke arab atau dijadikan PSK di Malaysia” Katanya dengan deraian air mata kepadaku.
“Udah jangan nangis… Everything is gonna be all right. (Kata ku sok bijak, padahal aku juga dirundung keraguan yang sama). “ Kayaknya kita salah nunggu deh, bandara ini kan gede banget. Ada banyak pintu keluar. Aku Tanya security dulu ya kalian disini dulu jangan kemana mana” Kataku waktu itu.
Berjalan aku menyusuri lorong lorong yang memang belum aku datangi sebelumnya, sendirian mencari information center. Dalam benakku, bagaimana kalo dugaan si Yeni benar. Kami ditipu oleh agen yang tidak bertanggung jawab, lalu dijual, atau bahkan dipekerjaan jadi pembantu rumah tangga atau PSK. Ya Alloh… jangan sampai.
Dari kejauhan aku baca sign board immigration center dan gambar gambar bendera Negara ASEAN yang dulu aku pelajari pas SMP. Ada bendera Indonesia, Singapura, India, Laos dan lain lain. Disana tampak juga ada orang Indonesia, dan wajah wajah orang Chinese atau orang Myanmar, akh… aku tidak pasti. Meraka duduk dilantai, ada ratusan orang disitu. Nah… ini dia pikirku, aku berbalik arah mengundang temen temen ku seperjuangan tadi.
“Woi… benar kita salah nunggu, ayo ikut aku. Aku udah tau tempatnya”
Mereka bergegas mengikutiku, bergabunglah kami dengan mereka. Namun aku tidak langsung ngikut orang orang asing duduk disitu.
Aku pergi ke Information center, terus aku bilang kalo kami 16 orang dari Indonesia kami disini mau kerja di perusahaan elektronik Western Digital. Petugasnya langsung faham, dengan bahasa inggris dia menyuruhku memanggil 15 orang lainya. Baris rapi kayak pas upacara haha… terus dikasih selembar absen gitu. Suruh nulis nama dan no paspor, kemudian petugas yang ber Ras India itu ngecekin paspor kami satu satu, terus kami semua disuruh cap jari (Biomatrix, karena dulu masih blo’on jadi ngak tau namanya).
Setelah semua selesai, petugas bandara nyuruh kami nunggu cik Hasnun yang njemput kami tadi, nah… sedikit lega juga karena kami beranggapan sudah menemukan jalan yang benar.
“Untung ya mba kita tau, kalau tidak aku tadi udah mau balik ke Semarang lagi, aku masih bawa duit 1 juta kok. Nanti aku beli tiket terus balik lagi deh, ga usah jadi TKI di Malaysia”.
Yang lain ikut tertawa karena Yeni ini memang paling polos dan ngikut aja orangnya. Bahaya kalo ditinggal sendirian bisa bisa dibawa bule dijadikan peliharaan. Moook atut.. !
“Hush… kalian ga boleh gitu, tujuan kita kesini kan kerja. Toh PT.SOFIA juga ga minta kita bayar apa apa untuk keberangkatan kita. Masak iya kita ditipu”
“Justru yang gratis itu yang mencurigakan mba…” kata Kutut ikut ikutan. Iya juga sih…
Tiba tiba “PLAAAKKKK….” Ada seorang lelaki warga Philipina (aku baca dari kertas di barisan mereka)ditampari sama petugas bandara Malaysia berkali kali. Awalnya aku tidak tau kenapa. Petugas itu nyerocos pakai Bhasa Inggris, dia bilang gini
“Ini tempat dilarang merokok, kenapa kamu tetap menyalakan rokokmu. Kamu melanggar aturan”
“Ya ya saya salah…” kata si perokok yang mukanya merah padam.
Aku sekedar tau saja, tak berani mendekat. Teman teman yang lain juga tak kalah takut, ternyata di Malaysia ngeri ya.
Tak lama kemudian Cik Hasnun dari WD datang, dia bilang kalau bingung cari kami. Tadi dia udah kesini dan kami ngak ada. “Nyasar pak.. ” mau aku jawab gitu tapi ndak berani. Akhirnya kami ikuti dia, dan dibawalah kami keluar dari bandara.
Sekitar 3 jam perjalanan, aku melihat lampu lampu kota metropolitan begitu megah, gedung gedung besar yang dulu Cuma aku lihat di televisi, papan papan tulisan berbahsa Inggris yang aku pelajari dibangku SD. Welcome Malaysia. !!
Dalam perjalanan aku berfikir, andaikan aku tadi tidak bersabar dan patah balik ke Indonesia.
Apa jadinya ?
Apa jadinya ?
Mungkin saat ini, aku masih dirumah sewa di Cepu bersama Ayah Ibu dan adik lelakiku. Memeluk bantal merahku yang usang. Meratapi nasib kenapa tak kunjung berubah, atau mati perlahan karena tekanan hutang dari sana sini orang tuaku.
Option yang lebih baik yaitu meneruskan kegiatanku ngajar les Bahasa Inggris, Matematika untuk SD dan SMP yang sudah aku jalani dari jaman SMA kelas 2. Ya… Alhamdulillah aku tidak pernah merasakan benar benar jadi pengganguran, dari ngajar les duitnya kau pakai untuk transort dari Cepu – Semarang. Ngurusi berkas keberangkatan, sampai akhirnya aku divonis kena tumor payudara. Berkas dan dokumen penting sudah masuk di PT. Sofia, memaksaku bayar 5juta rupiah jika aku mundur (jumlah yang besar, karena waktu itu gajiku ngajar les cuma 800ribu. Dapat uang darimana coba)
Keputusan berat aku ambil, pulang aku ke Cepu. Menjalani pengobatan yang harus operasi, nungu setahun sampai aku sembuh total. Ngak terhitung lagi berapa uang yang keluar untukku.
Dari semua kesakitanku, tidak ada yang labih sakit kecuali melihat ayah dan ibu setia menjagaku di Rumah sakit. Mereka berbincang lirih, tentang betapa risaunya tentang diriku. Ayahku menangis… ya nangis. Matanya berkaca-kaca aku tau apa yang ia pikirkan. Beliau bingung dapat dana darimana. Hutang !!. Apalagi kalau bukan itu. Bukannya berkurang, malah tambah dalam.
Petengahan Maret 2010, aku sembuh total walau kadang dada dan bekas operasiku berdenyut. Aku memaksa dan aku memang tidak boleh manja. Tidak boleh. !
Aku balik ke PT. Sofia melanjutkan proses keberengkatan ke malaysia yang sempat tertunda.
Aku balik ke PT. Sofia melanjutkan proses keberengkatan ke malaysia yang sempat tertunda.
Kini, hutang sudah tidak ada. Beban yang ditanggung ayah setidaknya berkurang. Tujuan utamaku berhasil. Ternyata keadaan memaksaku dewasa sebelum waktunya, 18 tahun waktu itu aku memberanikan diri keluar dari mimpi buruk. Mimpi yang aku harap tidak pernah kembali.
Tuhan tidak pernah menguji umatnya melebihi batas kemampuanya. Labrak saja rasa malu jadi TKI, terobos saja pandangan negatif mereka, ubah hidupmu lewati ini semua dengan iman pada yang Esa. Karena Tidak akan ada pelangi sebelum datangnya hujan. Percayalah !
Value of this story :
1. Keberanian adalah penentu untuk keluar dari zona aman. Percayalah pengalaman lebih menggoda dari sekedar tumpukan harapan. Merantaulah..!
1. Keberanian adalah penentu untuk keluar dari zona aman. Percayalah pengalaman lebih menggoda dari sekedar tumpukan harapan. Merantaulah..!
2. Ketika di Bandara, untuk calon TKI nih. Jangan takut untuk bertanya. Ingat aja pepatah lama yang memang cukup menohok “Malu bertanya sesat dijalan” memang !
3. Pelajari bahasa inggris minimal Basic conversations. Yeah … You know tidak semua orang mengerti bahasamu. Dan kalau merasa sudah bisa bahasa inggris, jangan pula takut untuk Tanya pakai bahasa itu.
4. Baca sign Board betul betul, jangan kesasar atau salah tunggu kayak aku dan teman teman.
5. Infromation Center adalah solusi segala pertanyaan yang ada di kepalamu. Ketika tidak tau kemana arah dan Tujuan.
6. Jangan langsung percaya sama orang asing, ketika dia udah ngak ngobrol 5 – 10 udah percaya aja. Jangan kayak gitu, kebalkan iman. Dunia ini kejam.
7. Jangan mau dititipi barang sama orang lain, apalagi ga dikenal bisa jadi isinya bahan peledak, heroin, narkoba atau barang yang diharamkan di Negara tujuan. Ngak lucukan kalo niat kerja dan cari duit malah meringkuk dipenjara dan ngak tau salahya apa.
The sixteen pioner !. Walaupun kecil kami tidak pernah berjalan mundur. |
Ternyata foto keberangkatan TKI dulu masih ada. |
Ini dia barang berharga kami, yang nyari ya Alloh Huakbar ^^ |
Ini dia yang nangis bombai minta patah balik ke Indonesia :D |
Ditulis oleh Emawati Puspita Ningrum, yang merasa beruntung karena 4 tahun lalu. Memiliki keberanian lebih untuk keluar dari mimpi buruk.